APA YANG TERJADI DI DALAM SEBUAH SEPTIK TANK




Toilet dan septik tank merupakan pasangan yang tidak boleh terpisah. Ibarat dua sisi mata uang, yang selalu ada bersama-sama. Tetapi kenyataannya tidak selalu demikian, ada rumah yang punya toilet tapi tidak punya septik tank, terutama rumah-rumah yang berada dipinggir parit atau sungai. Mereka menjadikan parit atau kali sebagai septik tank.

Di kompleks perumahan yang padat penduduk di kota-kota besar, pemilik rumah atau penghuni bahkan tidak tahu dimana posisi septic tank rumah tersebut. Ketika toilet rumah tersebut mengalami kemampetan, mereka baru sibuk mencari lokasi septic tank bahkan memanggil tukang untuk membongkar lantai bangunan guna menemukan keberadaan septic tank.

Pada umumnya masyarakat sudah mengetahui bahwa septik tank berfungsi sebagai tempat penampungan tinja dan semua air limbah yang datangnya dari toilet, atau istilah sopannya “blackwater”. Bahwa septik tank menjadi tempat penampungan tidak salah, Cuma pemahaman ini belum lengkap. Ini cara pandang yang sudah kuno sebelum konstruksi septik tank menjadi seperti yang kita lihat saat ini. Itu sebabnya mengapa konstruksi septik tank tidak menjadi perhatian utama pemilik rumah, pekerja konstruksi bahkan para perencana bangunan. “Kalau cuman buat nampungin tinja ngapain repot mikirin konstruksinya”, mungkin seperti itu jalan pikiran mereka. Jadi selain sebagai penampung, septik tank sebenarnya dimaksudkan untuk mengolah air limbah “blackwater” sebelum nantinya meresap ke dalam tanah atau dibuang ke pengolahan lebih lanjur. Kata kuncinya di sini “mengolah”. Jadi lebih dari sekedar “menampung”. Dan septik tank adalah bentuk pengolahan limbah cair paling sederhana dan dapat dimiliki oleh semua rumah.

Di dalam septik tank yang sederhana itu sesungguhnya terjadi serangkaian proses biologis dan kimiawi (biokimia) yang sangat rumit yang melibatkan miliaran mikroba yang secara alamiah saling berbagi tugas. Secara umum, di alam ada 2 kelompok mikroba yakni yang membutuhkan oksigen (aerob) dan yang tidak membutuhkan oksigen (anaerob). Sifat mikroba itulah yang dipakai dalam system pengolahan limbah yang juga terbagi menjadi dua, system aerob dan system anaerob. System aerob bekerja sangat cepat tetapi membutuhkan energy, sedangkan system anaerob bekerja sangat lambat tapi menghasilkan energy.

Sistem anaerob ini yang salah satunya diterapkan dalam pembuatan biogas. Di dalam septik tank tidak ada suplai oksigen (anaerob), sehingga hanya mikroba anaerob saja yang bisa hidup. Itu sebabnya septik tank dibuat sedemikian tertutup rapat sehingga tidak ada oksigen yang bisa masuk. Jika ada oksigen yang masuk, terjadi kekacauan di dalam septik tank karena sebagian bakteri anaerob yang terkena kontak dengan oksigen mogok bekerja. Dan ketika itu terjadi, tahu-tahu septik tank mengeluarkan bau yang tidak sedap (bau tinja yang belum terolah). Di dalam septik tank, mikroba mengeluarkan enzim dan enzim itulah yang mengolah limbah. Mereka bekerja sangat lambat namun pasti, bahkan hingga berbulan-bulan sebelum limbah tersebut terurai sempurna.

Pada situasi normal dalam 2 bulan, hanya 50% limbah yang dapat diuraikan dan dalam 5 bulan baru 80%. Dengan kata lain, jika kita buang air hari ini, hingga 2 bulan ke depan, kotoran kita baru 50% diolah.

Blackwater mempunyai komposisi kimia yang sangat kompleks sehingga dipakai konsep umum yang bisa menggambarkan tingkat polutan, salah satunya COD (Chemical Oxygen Demand). Yaitu banyaknya oksigen yang dibutuhkan agar bahan kimia yang ada terurai sempurna. Makin tinggi nilai COD, makin tinggi tingkat pencemarannya. Ini hanya dapat diukur di laboratorium.

Blackwater memiliki nilai COD sekitar 10.000 (mg/L), limbah dari dapur mulai 500, air sungai di Jakarta ada di sekitar 50, air sungai di pegunungan 0. Untuk pusat-pusat perdagangan atau hotel, pemerintah mensyaratkan air limbahnya harus diolah hingga COD nya di bawah 80 sebelum dibuang ke sungai. Hasil akhir pengolahan blackwater, salah satunya adalah biogas. Di dalam biogas sendiri ada metana (bahan bakar gas) sekitar 60%, dan karbondioksida sekitar 35%; Dan sisanya asam belerang dan amoniak yang menjadi sumber bau di septik tank.

Sekali buang air, kita menyimpan potensi 1 liter biogas yang setara dengan tenaga listrik untuk menyalakan lampu 5 watt selama 1 jam. Tapi kenyataannya kan sebaliknya, biogas itu terbuang dan kita malah berkontribusi menyumbang gas metana yang menyebabkan bumi memanas. Biogas ini memang harus segera dikeluarkan dari dalam septik tank agar tidak balik meracuni mikroba yang bekerja di dalamnya. Makanya di atas septik tank dibuat pipa udara yang biasanya berbentuk huruf T. Melalui pipa tersebut biogas dari dalam septik tank terlepas ke udara bebas. Jika tidak ada pipa udara ini akibatnya bisa sangat fatal. Biogas yang dihasilkan makin lama makin banyak, hingga suatu saat mencari jalan keluarnya sendiri melalui LEDAKAN. Jika ini terjadi, maka sebuah rumah rumah bisa hancur karena septik tanknya meledak.




Pipa udara juga berfungsi membuat septik tank tidak cepat penuh. Karena 50% blackwater sudah terbuang dalam bentuk gas dari hasil pengolahan. Saat ini, septik tank di rumah-rumah sudah mempunyai 2 ruang dan memang seharusnya demikian. 1 ruang pertama untuk pengolahan dan ruang kedua untuk peresapan air. Air yang meresap membawa bakteri dari dalam septik tank sehingga bisa mencemari air tanah. Anjuran yang sudah kita tahu bersama, resapan ini minimal berjarak 10 meter dari sumur. Bagi masyarakat desa, 10 meter ini perkara gampang, tapi tidak bagi masyarakat kota dengan permukiman padat, sebaiknya tidak perlu dibuatkan ruang resapan sehingga tidak mencemari sumur di sekitarnya. 

Jika septiknya penuh tinggal disedot. Ironisnya, ada rumah yang sudah puluhan tahun sejak berdirinya, belum pernah di sedot karena memang tidak pernah penuh. Artinya bisa ditebak. Semua air dalam septik tank sudah meresap dan pastinya mencemari sumur di sekitarnya. Anda bisa membayangkan, jika mereka membuat sumur yang berjarak kurang dari 10 meter dari septic tank sungguh mereka telah menikmati air sumur yang sudah tercemar. Ceuk urang Sunda mah .... geuleuh.


Septic Tank Bio

Septic tank bio ramah lingkungan

Karena septic tank bio limbah diolah dengan menggunakan media cell dan bakteri. Media cell dan bakteri ini lah yang menguraikan limbah menjadi cair dan dengan bio filterisasi, cairan buangan menjadi aman, tanpa bau dan layak buang tanpa mencemari lagi lingkungan.

Kelebihan Septic tank bio lainnya

Septic tank bio dibuat dari bahan fiber yang sangat kuat dan tahan lama, anti pecah dan korosi. Selain itu septic tank bio bisa dikondisikan sesuai dengan kapasitas pemakai. Mulai dari septic tank kecil dengan kapasitas 4-12 orang sampai septic tank bio tipe stp untuk kapasitas besar seperti penggunaan di hotel, apartemen dan perumahan.

Tidak seperti septic tank beton, Pemasangan septic tank bio sangat mudah, hemat waktu dan cepat bisa difungsikan, tidak nunggu kering seperti beton. Dan yang paling penting adalah hemat biaya karena pemasangannya cepet sehingga memangkas biaya tukang. Tidak berpengaruh akan mata air karena septic tank tidak ada resapan dari bawah dan bisa dipasang berdekatan.

SUDAH SAATNYA KITA BERALIH KE SEPTIC TANK BIO UNTUK MENYELAMATKAN LINGKUNGAN